Wanita yang Menangis
Wanita yang Menangis
Sebuah kisah yang menakutkan sekaligus
memilukan tentang seorang wanita yang kehilangan anaknya. Ini adalah
sebuah cerita lama yang biasa diceritakan kepada anak-anak ratusan tahun
yang lalu. Sebuah kisah menyedihkan, namun hidup dengan kuat di ingatan
masyarakat di sana, dan banyak dari mereka bersumpah bahwa kejadian ini
benar-benar pernah terjadi.
Bertahun-tahun
yang lalu di sebuah pedesaan kecil yang sederhana tinggallah seorang
gadis bernama Maria beberapa orang mengatakan dia adalah gadis tercantik
di dunia. Karena dia sangat cantik, Maria selalu merasa dirinya lebih
baik dari pada orang lain. Ketika dia tumbuh dewasa, kecantikannya juga
bertambah seiring rasa bangganya juga ikut membesar. Ketika dia telah
menjadi seorang wanita muda yang dewasa, dia enggan memandang
pemuda-pemuda dari desanya. Mereka tidak cukup baik baginya. “Ketika
saya menikah” kata Maria, “Saya akan menikahi pria tertampan yang ada di
dunia”.
Lalu pada suatu hari, di
pedesaan Maria, datang seorang pria yang tampaknya merupakan
satu-satunya yang selalu dia bicarakan. Dia seorang ranchero muda yang
gagah, putra dari seorang peternak kaya dari daerah selatan. Dia
berjalan layaknya seorang comanche. Jika dia memiliki seekor kuda, dan
sudah bosan dengannya, dia akan melepaskan kuda itu dan membawa seekor
kuda liar lagi dari daerahnya. Dia merasa sangat tidak jantan baginya
menunggangi kuda yang setengah liar.
Pria
itu sangat tampan, dan dia bisa bermain gitar dan menyanyi dengan baik.
Maria yakin dengan pikirannya itu adalah pemuda yang tepat untuknya.
Dia tahu bagaimana cara memenangkan hatinya. Suatu hari ranchero itu
mengatakan padanya untuk bertemu di jalan setapak, namun Maria tidak
menggubrisnya. Ketika pemuda itu datang ke rumahnya pada suatu petang
untuk memainkan gitarnya dan menghiburnya, Maria bahkan tidak
memandangnya dari jendela.
Dia menolak semua pemberian tak
berharganya. Pria muda ini lalu terperdaya dengan permainan Maria.
“Gadis nakal itu, Maria, Maria!” dia berkata kepada dirinya. “Saya tahu
saya dapat memenangkan hatinya. Saya bersumpah akan menikahi gadis itu”.
Dan kemudian semua berjalan sesuai dengan rencana Maria. Tak butuh
waktu lama, dia dan ranchero muda itu bertunangan dan segera menikah.
Awalnya,
semua berjalan baik. Mereka memiliki dua orang anak dan terlihat
seperti sebuah keluarga yang bahagia. Namun setelah beberapa tahun
berlalu, sisi liar ranchero itu mulai kembali lagi. Dia sering
meninggalkan kota itu dan pergi berbulan-bulan lamanya. Dan ketika dia
kembali ke rumah, dia hanya menemui anak-anaknya. Dia tampaknya sudah
tak memperdulikan Maria. Dia bahkan berpikir untuk menyingkirkannya dan
menikah dengan wanita yang berasal dari kelas sosial yang kaya, sama
dengannya.
Tentu saja, hal ini
membuat Maria sangat marah dengan pria itu. Dia mulai membenci
anak-anaknya juga, karena suaminya hanya memberi perhatian ke mereka,
namun tidak pernah menghiraukannya. Suatu sore, Maria yang
berjalan-jalan dengan kedua anaknya di jalanan yang teduh di pinggir
sungai, ranchero itu datang mendekat. Wanita cantik itu duduk di
sampingnya. Suaminya berhenti dan berbicara kepada anak-anaknya, tapi
tak melihat sedikit pun ke Maria. Setelah itu, dia pergi lagi
menunggangi kudanya ke jalanan.
Melihat
itu, Maria menjadi sangat marah, dan akhirnya mencelakai anak-anaknya.
Maria menangkap kedua anaknya dan membuang mereka ke dalam sungai. Namun
ketika mereka tak tampak lagi di permukaan, dia sadar apa yang telah
dilakukannya. Dia lalu turun ke pinggir sungai itu, dan berusaha
meraih-raih tangan mereka. Namun mereka telah hanyut jauh.
Menyadari
kesalahannya, Maria lalu menenggelamkan dirinya sendiri ke dalam sungai
itu. Keesokan paginya, seseorang membawa kabar kepada penduduk desa
bahwa ada seorang wanita cantik yang terbaring tak bernyawa di pinggir
sungai. Disanalah mereka menemukan Maria, mereka akhirnya menguburkannya
di tempat dimana dia ditemukan.
Diceritakan
bahwa ketika arwah Maria menuju ke alam baka untuk masuk ke surga,
malaikat disana menolaknya. “Mana anak-anakmu?” Dia menanyakannya. Malu,
Maria lalu mengakui tidak tahu dimana keberadaan anak-anaknya. “Pergi
dan bawa mereka kemari” kata malaikat itu. “Kau tak akan istirahat
hingga mereka ditemukan”.
Sejak
itulah, tiap malam para penduduk desa mendengar suara tangisan dari arah
danau tersebut. “Ay, mis hijos! Ay, mis hijos! (Mana, anak-anakku!
Mana, anak-anakku)” Mereka pun tidak menyebutnya dengan Maria lagi,
mereka menamakannya La Llorona, wanita yang menangis. Menurut beberapa
orang, La Llorona juga kerap menampakkan diri kepada pemuda-pemuda yang
melintas dekat sungai itu untuk membalaskan dendamnya.
Sosoknya sering
terlihat mengenakan sebuah gaun panjang berwana putih, dengan tatapan
yang kosong menakutkan, serta kuku-kuku jarinya yang panjang seakan siap
menerkam.
Kisah wanita yang menangis
ini diceritakan kepada anak-anak muda sebagai kisah nyata, dan
anak-anak diperingatkan untuk tidak keluar rumah pada malam hari karena
bisa saja La Llorona menangkap dan tidak akan mengembalikan mereka.
Namun, banyak juga legenda ini dipakai oleh orang-orangtua untuk
mengajarkan anak gadis mereka tentang kehidupan percintaan, memperingati
mereka untuk tidak terlena dengan pemuda-pemuda yang berpenampilan
bagus dan kaya jauh dari mereka, serta agar berhati-hati dalam
memutuskan pernikahan.
*ranchero (bahasa Spanyol), berarti pemilik peternakan.
*comanche (bahasa Spanyol), sebutan untuk salah satu suku asli di Amerika.
*comanche (bahasa Spanyol), sebutan untuk salah satu suku asli di Amerika.
Komentar
Posting Komentar